
Apa yang kamu rasakan ketika banyak masalah dipikirkan terus menerus? Bukannya timbul solusi, kamu justru merasa semakin stress dan terbebani. Ini seperti ketika seorang guru bertanya pada muridnya, “Berapa berat batu yang saya pegang ini?”, semua murid menjawab secara matematis, mengira-ngira batu sebesar dua kali kepalan tangan itu dengan penaksiran sekadarnya. Ada yang menyebutkan 1 kg atau 2 kg. Namun masalahnya bukan itu. Sang guru justru menjawab berat batu ini relatif. Jika kamu memegangnya selama 30 detik tidak akan jadi soal. Namun jika kamu harus memegangnya seharian bisa jadi tangan kamu keram, pegal, dan kesemutan.
Begitu juga dengan masalah yang dihadapi setiap orang. Semakin lama memikirkannya justru membuat kamu semakin tidak produktif dan stress. Tentu kamu tidak ingin masalah itu berlama-lama menggantung di pikiran kamu bukan? Namun jika kita melihat sisi keuntungannya, ternyata kamu bisa mengingat persis hal-hal yang belum selesai. Inilah yang dimaksud dengan Zeigarnik Effect.
Zeigarnik diambil dari Bluma Wulfovna Zeigarnik, seorang psikiater dan psikolog dari Rusia, yang meneliti fenomena ini. Mulanya, Zeigarnik dan profesornya bernama Kurt Lewin sedang berada di sebuah restoran. Saat itu Zeigarnik sangat terpukau dengan daya ingat pelayan disana, yang mampu menghafal semua pesanan makanan yang belum dibayar. Namun, ternyata pelayan itu tidak benar-benar mengingat. Karena saat ditanyakan kembali, setelah makanan sudah dibayar, pelayan tidak ingat lagi makanan pesanan tersebut.
Melihat fenomena ini, Zeigarnik pun tertarik mempelajari lebih lanjut dengan melakukan serangkaian percobaan untuk mendapatkan fakta-fakta yang mendukung. Nah, pada tahun 1927 laporan penelitiannya dipublikasikan, yang kemudian namanya digunakan untuk menamai fenomena yang ia teliti. Simpulan singkatnya, kita cenderung mengingat lebih detail apa yang belum selesai.
Zeigarnik Effect ada di sekitar kita, misalnya naskah semalam yang belum terselesaikan, kamu kemudian akan mengingatnya seperti seolah ia merengek untuk minta diselesaikan. Atau To be continued, Next Episode, Episode selanjutnya adalah contoh pemanfaatan dari “Zeigarnik Effect”, yang kemudian membuat penonton jadi teringat dan membuatnya menonton lagi dikemudian hari.
Satu-satunya cara ampuh untuk menaklukan Zeigarnik Effect adalah dengan menyelesaikan apa yang belum selesai tersebut. Zeigarnik Effect ini bisa kamu jadikan sebagai “bahan bakar” produktivitas untuk menyelesaikan sesuatu sampai selesai. Namun tidak bagi orang yang tidak memiliki komitmen, tidak memiliki motivasi, dan tidak berharap menyelesaikan tugas tersebut sampai selesai.
Oleh karena itu, mulailah berpikir solutif dengan mencacah masalah-masalah tersebut menjadi bagian-bagian kecil. Kamu akan lebih mudah untuk menuntaskannya. Identifikasi masalahnya apa, apa sebab masalahnya, apa saja hambatannya untuk menyelesaikan masalah itu, apa saja alternatif solusi yang ada, dan selesaikan.
oleh Afif Luthfi
Done is better than perfect.
Related Articles
COMMUNICATION SKILL BAGI ORANG TEKNIS
Saya lihat orang pintar tersingkir kadang hanya karena satu hal: ia tak tahu cara menjelaskan apa yang ia tahu. Sudah kerja keras, lembur tiap malam. Tapi saat waktunya presentasi ke manajemen, suaranya gemetar, kalimatnya berputar & idenya gagal dipahami....
Kalau Ide Tak Diakui, Haruskah Kita Berhenti Berkarya?
Ada satu cerita yang sering kali berulang dalam dunia kerja, tapi jarang disuarakan. Seorang karyawan muda dengan segudang ide datang dengan semangat. Ia duduk rapat, lempar ide brilian, dan merasa sudah memberi kontribusi besar. Namun beberapa hari kemudian—ide itu...
Lowongan Kerja Bukan Ajang Lucu-lucuan: Mengapa Banyak yang Salah Kaprah?
Dalam dunia kerja hari ini, kita dihadapkan pada fenomena baru: lowongan kerja yang menjadi bahan ejekan. Seolah-olah, iklan loker bukan lagi panggilan untuk berkontribusi, tapi bahan hiburan digital di tengah timeline yang bising. Saya tak habis pikir—apa yang...