Pagi itu, sambil nunggu loading Zoom meeting yang entah kenapa lemot banget, saya berselancar ke salah satu job portal. Lalu nemulah sebuah postingan yang meledak-ledak tapi jujur dan… menyayat.
“MUAK BANGET SAMA STANDAR INTERVIEW INDO! Sampe kapan sih perusahaan-perusahaan mau sadar kalo kita BISA KERJA tapi cuma GA BISA INTERVIEW?!”
Seketika, saya diam.
Bukan karena gak setuju. Tapi karena… saya paham.
Kita hidup di dunia yang menjadikan komunikasi sebagai “mata uang” utama untuk masuk ke gerbang kerja. Tapi sayangnya, gak semua orang dilahirkan dengan skill komunikasi yang sama. Bahkan, banyak dari kita yang sebenarnya jago ngerjain tugas, tapi gugup saat harus “menjual diri” di depan pewawancara. Lalu… jadi gagal.
Padahal skill komunikasi dan skill kerja itu dua hal yang beda dimensi. Satu tentang performa sosial, satu tentang kemampuan teknis. Tapi kenapa yang lebih berat malah pintu masuknya?
Apakah Interview Itu Sekadar Ajang ‘Acting’?
Pertanyaan ini menyengat.
Benarkah interview itu hanya menguji siapa yang paling pintar “acting”, bukan siapa yang paling siap kerja?
Di satu sisi, ya. Kita gak bisa munafik. Banyak banget proses rekrutmen yang masih menilai siapa yang paling lancar ngomong, paling percaya diri, paling “jualan” dengan gaya CEO TikTok. Padahal di balik panggung, yang kerja keras mati-matian belum tentu yang paling vokal.
Tapi di sisi lain… kita juga harus ngerti perspektif recruiter.
Bayangkan kamu disuruh memilih partner kerja. Kamu cuma punya waktu 30 menit buat mengenal mereka. Gak ada CV, gak ada portofolio yang bisa bicara sendiri. Yang kamu punya cuma obrolan singkat. Nah, apa yang akan kamu nilai? Ya, gimana mereka menjawab. Gimana mereka merespons. Gimana mereka membaca situasi.
Makanya, bukan karena dunia kerja gak adil, tapi karena dunia kerja gak punya waktu buat mengenal kita sedalam itu. Maka ‘kesan pertama’ jadi satu-satunya pintu.
Jadi, Haruskah Kita Semua Jadi Extrovert?
Nggak. Tapi kita perlu belajar tampil.
Bukan buat fake atau acting, tapi buat menyampaikan: “Hey, gue punya kemampuan. Tapi lo harus tahu dulu caranya gue nunjukin.”
Komunikasi itu bukan tentang jadi cerewet. Tapi tentang bisa menjelaskan siapa kita dan apa yang bisa kita bawa ke meja kerja. Bahkan introvert pun bisa jago interview, asal tahu cara memetakan kekuatan mereka dan menyampaikannya dengan jujur dan tenang.
Interview bukan ajang siapa paling heboh. Tapi siapa yang paling siap menyampaikan esensi dirinya, dengan cara yang paling autentik.
Ayo, Re-design Proses Rekrutmen!
Sisi lainnya adalah… kita juga bisa mulai push back. Generasi kita gak cuma boleh ngeluh, tapi bisa ngajak perusahaan duduk bareng, redesign proses rekrutmen biar lebih adil dan manusiawi. Misalnya:
-
Ada tes kerja nyata sebagai bagian dari proses seleksi
-
Interview dua arah, bukan interogasi satu arah
-
Ada pilihan untuk menjawab via video pre-record, bagi yang grogi live
Karena zaman berubah, maka sistem pun harus ikut berubah.
Penutup: Yang Jago Acting Boleh Masuk, Tapi yang Jago Kerja Harus Diundang Duduk
Interview itu penting. Tapi jangan sampai dia jadi satu-satunya alat ukur. Karena dunia kerja butuh doers, bukan cuma talkers. Butuh builders, bukan hanya debaters.
Kalau kamu merasa bisa kerja tapi susah interview — bukan berarti kamu gagal. Mungkin kamu cuma perlu satu langkah lagi: belajar menyampaikan nilai dirimu, bukan jadi orang lain.
Karena di dunia yang keras, kadang cara kita “masuk” lebih menentukan dari apa yang bisa kita “kasih”.
Related Articles
Communication Skills Bagi Orang Teknis
Saya lihat orang pintar tersingkir kadang hanya karena satu hal: ia tak tahu cara menjelaskan apa yang ia tahu. Sudah kerja keras, lembur tiap malam. Tapi saat waktunya presentasi ke manajemen, suaranya gemetar, kalimatnya berputar & idenya gagal dipahami....
Kalau Ide Tak Diakui, Haruskah Kita Berhenti Berkarya?
Ada satu cerita yang sering kali berulang dalam dunia kerja, tapi jarang disuarakan. Seorang karyawan muda dengan segudang ide datang dengan semangat. Ia duduk rapat, lempar ide brilian, dan merasa sudah memberi kontribusi besar. Namun beberapa hari kemudian—ide itu...
Lowongan Kerja Bukan Ajang Lucu-lucuan: Mengapa Banyak yang Salah Kaprah?
Dalam dunia kerja hari ini, kita dihadapkan pada fenomena baru: lowongan kerja yang menjadi bahan ejekan. Seolah-olah, iklan loker bukan lagi panggilan untuk berkontribusi, tapi bahan hiburan digital di tengah timeline yang bising. Saya tak habis pikir—apa yang...



Hai! Perkenalkan saya Afif Luthfi seorang trainer, pembicara seminar, penulis buku, dan digital creator.
Melalui artikel ini saya harap dapat menyuguhkan pengetahuan yang bermanfaat sehingga kamu bisa meningkatkan soft skill dengan mudah.